Senin, 30 Agustus 2010

LIMA KOMITMEN


Pada tulisan kali ini saya ingin mengajak sahabat tasyakur dan tafakur tentang keberadaan kita dan bulan Ramadhan yang agung ini. Mengapa harus demikian? disaat banyak orang yang santai dan cuek saja dengan Ramadhan ini, kita masih tetap komit sebagai orang yang beriman dengan berusaha tetap menjalankan perintah Allah Aza wazalla dan menjauhi larangan-Nya. Inilah tujuan puasa dibulan Ramadhan yang diperintahkan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183 :
 “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

Oleh karena itu jika nanti setelah Ramadhan terlewati tetapi tidak ada perubahan kearah taqwa sebagaimana yang tersebut dalam ayat diatas, maka sungguh merugilah kita.
Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan atau latihan bagi segenap kaum muslimin dalam rangka menjadi hamba Allah SWT yang sejati yang harus terus diasah dan dipertahankan pada sebelas bulan yang lainnya setelah Ramadhan usai. Didalam Al-Qur’an kita dapat menemukan nasehat-nasehat dan petunjuk yang akan menuntun seluruh umat manusia menjadi insan yang beriman dan bertaqwa. Kaitannya dengan Ramadhan ini, ada upaya yang dinasehatkan dalam Al-qur”an bagi umat islam untuk salalu mengasah dan melatih diri agar kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang memperoleh kemenangan pada akhir Ramadhan nanti, dan bukan termasuk kedalam golongan orang-orang yang merugi.
Mari sama-sama kita perhatikan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr :
 “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Menurut firman Allah SWT diatas, bahwa seluruh manusia yang hidup didunia ini berada dalam kerugian. Semakin lama masa hidup manusia maka semakin merugilah manusia itu. “Kecuali” orang-orang yang beriman, yang mengerjakan  amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Dari sini kita menemukan lima aspek utama yang harus dijadikan komitmen jika kita ingin termasuk kedalam golongan orang nyang beruntung. Lima aspek inilah yang harus senantiasa kita asah, pelihara dan kita tingkatkan. Nah….., bulan Ramadhan adalah moment yang tepat untuk mentarbiyah lima komitmen itu.
Kalau kita rinci, maka lima komitmen itu ialah :
1.      Iman
Keimanan atau keyakinan seseorang merupakan modal dasar yang mutlaq diperlukan  jika seseorang benar-benar ingin menjadi hamba Allah yang sejati.  Keimanan kita kepada Allah SWT dan segala konsekuensinyalah yang akan membuat hidup seorang muslim menjadi berarti dan punya tujuan. Kita yakin bahwa seluruh alam semesta dan apa saja yang ada didalamnya itu ada yang menciptakan Dialah Allah Robbul Aalamiin, dzat yang satu, tiada sekutu bagi-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakan. Ketika kita meyakini bahwa Allah lah yang maha kaya dan maha member rizki maka sungguh tiada gunanya segala bentuk  kesombongan. Imanlah pondasi paling dasar dalam menjalankan hidup dan kehidupan ini.

Iman adalah sesutau yang tidak bisa dilihat oleh indera dan merupakan amalan bathin yang tidak bisa diamati. Akan tetapi ada indikator yang menampakan kuat dan lemahnya iman seseorang. Indikator itu ada pada aspek yang lain setelah iman sebagai mana dijelasakan dalam Al-qur’an surat Al-Ashr yaitu amal shaleh, ilmu, da’wah dan sabar. Artinya kualitas keimanan seseorang  bisa tampak melalui amal, ilmu, da’wah dan kesabarannya.
Dibulan Ramadhan ini keimanan kita diuji, merasa terpanggilkah kita dengan seruan Allah SWT :

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah : 183)


2.      Mengerjakan amal shaleh
Amal shaleh (perbuatan baik) adalah segala perilaku baik ucapan atau perbuatan yang berdasarkan syari’at agama islam. Itu artinya segala yang kita lakukan adalah sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya. Segala betuk perbuatan baik apapun akan bernilai ibadah jika kita sudah benar-benar beriman. Sholat, puasa, zakat dan ibadah haji adalah amalan-amalan yang disyariatkan dalam agama kita. Artinya diperintahkan dan pelaksanaannya diatur secara terperinci dalam agama Islam. Amal shaleh bisa berwujud ibadah vertikal kita kepada Allah SWT atau juga melalui akhlak secara horizontal kepada sesama makhluk Allah yang lainnya.

Berpuasa pada bulan Ramadhan adalah bukti keimanan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Dan tentu saja amalan-amalan yang lainnya, yang kesemuanya itu akan mengantarkan kita kepada kepuasan ruhani dan kepuasan bathin. Orang yang imannya selalu diasah akan tampak dari amal shalehnya.

3.      Ilmu
Dalam kalimat “Nasehat menasehati”, berarti ada dua pelaku yaitu yang menerima nasehat dan yang memberi nasehat. Bagi mereka yang dinasehati atau mendapatkan nasehat, itu sama artinya dengan mendapatkan ilmu. Sedangkan bagi mereka yang menasehati atau memberikan nasehat itu sama artinya dia sedang berda’wah atau member ilmu. 

Kita beriman dan beramal shaleh karena kita belajar itulah ilmu. Dalam masalah iman kita belajar ilmu tauhid, ilmu aqidah dan Akhlaq. Semantara kaitannya dengan amal kita belajar ilmu Fiqih, ilmu sosial,  dan sebagainya. Ketika kita sudah benar dalam beriman dan melakukan amal shaleh dengan ilmunya, maka harapan kita adalah segala ibadah kita mendapat pahala dan diterima disisi Allah. Bukan termasuk orang-orang yang ditolak ibadahnya.
 
4.      Da’wah
Seperti dipaparkan diatas bahwa yang memberikan nasehat berarti sama juga dia sedang berda’wah, dan tentu saja yang dinasehatkan adalah kebenaran. Da’wah secara umum sama dengan jihad. Biasanya kita menganggap bahwa jihad itu adalah perang fisik, padahal itu hanya bagian kecil dari pengertian jihad yang luas. Memerangi hawa nafsu dalam puasa ramadhan ini adalah bagian dari jihad, memasukan uang kedalam keropak mesjid juga jihad. Dengan demikaina apabila kita membisakan diri dan sungguh-sungguh untuk berda’wah, keimanan kita akan bertambah kuat.

5.      Sabar
Sabar adalah suatu sikap dimana manusia bisa mengendalikan emosinya, hawa nafsunya dan segala gejolak dalam jiwanya. Sorang muslim yang bersabar itu adalah bukti bahwa dia telah beriman. Begitu banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh orang yang bersabar, diantaranya : akan terhindar dari berbagai ketegangan jiwa sehingga terhindar dari berbagai penyakit kejiwaan, orang yang sabar itu pertanda bersyukur sehingga akan mendapat tambahan kebaikan dan karunia dari Allah SWT, ketika sabara dalam menghadapi musibah akan terhapus dosanya. Dan tentu masih banyak lagi hikmah dan keuntungan dari orang yang senantiasa bersabar.

Puasa dibulan Ramadhan melatih kita untuk berlaku sabar. Menuntun kita untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya baik secara syariat maupun pahala, sehingga begitu selesai puasa akan tercerminlah sikap seorang mu’min yang sejati dalam dirinya.

Lima aspek inilah yang akan membawa kita kedalam golongan orang-orang yang beruntung. Semoga ini akan menjadi obat dan motivasi bagi kita, sehingga kita tetap semangat dengan niat ikhlas karena Allah dalam beramal, menuntut ilmu, berda’wah dan berlaku sabar yang pada akhirnya kita akan mendapatkan tempat sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa. Amiin.

ANTIBIOTIK

Beberapa hari yang lalu saya terbaring lemas, tubuh dan seluruh sendi rasanya linu. Segala macam makanan yang disodorkan rasanya tidak ada yang enak. Tenggorokan ini rasanya anti sama makanan dan minuman, sehingga badan semakin terasa lemas saja. Begitu saya diperikasa ke dokter dan menerangkan segala keluhan yang saya rasakan, kemudian dokter memeriksa dan menjelaskan kepada saya bahwa saya dileher bagian kanan ada amandel yang sudah meradang. Dan dokter menyarankan kepada saya agar nanti setelah dikasih obat dan merasa sudah baik, amandelnya diangkat saja (dioperasi). Karena kalau tidak diangkat percuma, besok-besok kalau tidak kontrol sama makanan, badan kecapaian dan kurang istirahat pasti kambuh lagi. Setelah itu saya dikasih obat yang diantaranya adalah antibiotik, kemudian dokter menyarankan kepada saya agar antibiotiknya dihabiskan.

Setelah dua kali minum obat saya merasa sudah agak baikan….Alhamdulillah. Tenggorokan yang awalnya sakit kalau ada makanan yang lewat sekarang sudah tidak lagi. Esok harinya saya benar-benar sudah pulih dan sudah bisa menjalankankan aktivitas seperti biasanya. Tapi walaupun demikian saya tetap ingat saran dokter untuk tetap menghabiskan antibiotiknya. Nah, sekarang tinggal melaksanakan saran dokter selanjutnya yaitu mengangkat amandelnya. Kapan yaa…?? Hmm nanti deh kalau sudah siap dananya, Insyaalloh....... 

Hal yang menarik bagi saya yang awam terhadap obat-obat dari medis, adalah antibiotik. Terdorong rasa penasaran dan ingin tahu, saya mencoba membaca beberapa buku dan artikel yang mengupas tentang antibiotik. Nah dibawah ini akan saya tulis hal-hal yang berkaitan dengan antibiotik. Karena meski tidak bisa membeli sendiri antibiotik tanpa resep dokter, rasanya tidak ada salahnya kita mengetahui beberapa hal tentang antibiotik. Tujuannya agar kita mengetahui cara kerjanya, sehingga lebih menyadari pentingnya mengikuti aturan pakai antibiotik.

Apa fungsi antibiotik?

Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyerang tubuh, sehingga ada bermacam-macam pula jenis antibiotik untuk melawannya.

Kapan Antibiotik tidak bisa dipakai?

Antibiotik tidak bisa digunakan untuk infeksi yang bukan disebabkan oleh bakteri. Beberapa infeksi yang disebabkan oleh virus seperti batuk, flu, cacar air dan gastroenteritis (tummy bugs), tidak bisa dilawan dengan antibiotik.

Dahulu memang ada kecenderungan untuk berlebihan, namun kini para dokter lebih berhati-hati dalam meresepkannya. Penggunaan yang berlebihan bisa menyababkan resistensi pada bakteri, sehingga menjadi kebal terhadap antibiotik.

Mengapa antibiotik sering tidak bekerja pada pemakaian pertama?

Untuk jenis-jenis infeksi yang umum, dokter tahu bakteri apa yang biasanya menjadi penyebab dan antibiotik apa yang paling cocok. Namun jika ternyata infeksi disebabkan oleh bakteri yang khas, antibiotik biasa tidak akan mampu mengobatinya. Pada kasus semacam ini, dokter akan menggantinya dengan antibiotik yang lain.

Bagamana dokter tahu jenis antibiotik apa yang harus digunakan?

Dokter akan menggunakan sampel untuk dibiakan dalam uji laboratorium. Umumnya berupa sampel urin atau tinja, atau bisa juga sampel bakteri yang diambil dari tenggorokan dengan cara mengusap. Kemudian beberapa antibiotik dicobakan untuk melihat mana yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri dalam biakan sampel tersebut.

Ada berapa jenis antibiotik yang ada?

Sedikitnya ada 50 jenis antibiotik yang berbeda, dan dikelompokan berdasarkan cara kerjanya. Biasanya dokter akan meresepkan dari daftar antibiotik yang paling umum untuk keluhan ringan, dan dari daftar antibiotik khusus untuk kondisi tertentu misalnya TB (tuberculosis).

Apakah antibiotik mempunyai kekuatan yang sama diseluruh dunia?

Kekuatan antibiotik ada bermacam-macam dan dipilih berdasarkan umur pasien, kondisi kesehatan secara umum, serta seberapa parah infeksinya. Injeksi intravena (di pembulu darah) atau intramuscular (di jaringan otot) akan meningkatkan kekuatan antibiotik, dan diberikan jika penyakit tergolong serius. Penyebab infeksi umumnya berbeda disetiap wilayah, prosedur pengobatan disetiap negara bisa berbeda.

Nah…..Sahabatku, itulah sekelumit tentang antibiotik. Mudah-mudahan menambah wawasan kita terutama bagi saya yang rajin menggunakannya. Oh iya…mohon do’anya ya agar amandel saya bisa cepat diangkat, jadi tidak mudah sakit dan bisa berbagi cerita dengan anda lagi…Amiin.

Sumber : Dr Ellie Cannon, Dailymail (13/6/2010)
                  Harian SENTANA

Kamis, 19 Agustus 2010

NGABUBURIT

Bagi anda yang tinggal di Jawa Barat tentu tidak asing dengan istilah Ngabuburit. Istilah ini sering dipakai orang ketika meluangkan waktu menunggu saat berbuka dibulan Ramadhan. Ngabuburit yang kita kenal biasanya identik dengan jalan-jalan sore atau jalan disore hari dibulan Ramadhan sesuai dengan kalimatnya Nga-bu-burit. Kata burit (bahasa sunda) yang berarti sore inilah yang menjadi acuan kanapa disebut ngabuburit kalau jalan sore hari pada saat berpuasa.

Rabu, 11 Agustus 2010

NI'MAT YANG BESAR

Sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmatnya kepada kita. Diantara untaian ni'mat itu ialah ni'mat Iman dan Islamlah ni'mat paling besar yang kita rasakan. Andai saja bumi, langit dan seluruh isinya menjadi emas niscaya belum sanggup menandingi betapa mahalnya ni'mat iman dan islam ini.

Karenanyalah hidup kita menjadi berarti, bervisi misi dan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Dan Bulan Ramadhan ini merupakan moment yang baik bagi kita untuk menunjukan rasa syukur itu. Semoga kita dapat memanfa'atkan setiap gerak dan langkah kita, akal dan apa yang kita pikirkan serta hati dan yang terbesit didalamnya itu semua hanya untuk dan karena Allah Aza Wazalla.

Senin, 09 Agustus 2010

KEUTAMAAN ISTIGHFAR


Di antara hal yang menyibukkan hati kaum muslimin adalah mencari rizki. Dan menurut pengamatan, sebagian besar kaum muslimin memandang bahwa berpegang dengan Islam akan mengurangi rizki mereka. Kemudian tidak hanya sebatas itu, bahkan lebih parah dan menyedihkan bahwa ada sejumlah orang yang masih mau menjaga sebagian kewajiban syari’at Islam tetapi mengira bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari hukum-hukum Islam, terutama yang berkenaan dengan hukum halal dan haram 
  .
 Mereka itu lupa atau berpura-pura lupa bahwa Allah men-syari’atkan agamaNya hanya sebagai petunjuk bagi ummat manusia dalam perkara-perkara kebahagiaan di akhirat saja. Padahal Allah mensyari’atkan agama ini juga untuk menunjuki manusia dalam urusan kehidupan dan kebahagiaan mereka di dunia.
Sebagaimana Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiallaahu anhu , ia berkata:
"Sesungguhnya do’a yang sering diucapkan Nabi adalah, “Wahai Tuhan Kami’ karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api Neraka”. (Shahihul Al-Bukhari, Kitabud Da’awat, Bab Qaulun Nabi Rabbana Aatina fid Dunya Hasanah, no. Hadist 6389, II/191).
Allah dan RasulNya tidak meninggalkan umat Islam tanpa petunjuk dalam kegelapan dan keraguan dalam usaha mencari penghidupan. Tapi sebaliknya, sebab-sebab mendapat rizki telah diatur dan dijelaskan. Sekiranya ummat ini mau memahami dan menyadarinya, niscaya Allah akan memudahkan mencapai jalan-jalan untuk mendapatkan rizki dari setiap arah, serta akan dibukakan untuknya keberkahan dari langit dan bumi. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami ingin menjelaskan tentang berbagai sebab dalam usaha mencari r. izki

Di antara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah istighfar (memohon ampun) dan taubat kepada Allah. Sebagaimana firman Allah tentang Nuh yang berkata kepada kaumnya:
Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampunlah kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh: 10-12) 
Yang dimaksud istighfar dan taubat di sini bukan hanya sekedar diucap di lisan saja, tidak membekas di dalam hati sama sekali, bahkan tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Tetapi yang dimaksud dengan istighfar di sini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah “Meminta (ampun) dengan disertai ucapan dan perbuatan dan bukan sekedar lisan semata.”
Begitu pula Imam An-Nawawi menjelaskan: “Para ulama berkata. ‘Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga:
  1. Hendaknya ia harus menjauhi maksiat tersebut.
  2. Ia harus menyesali perbuatan (maksiat) nya.
  3. Ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
          Jika salah satu syarat hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubatnya berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat, yaitu ketiga syarat di atas ditambah satu, yaitu hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang lain. Jika berupa harta benda maka ia harus mengembalikan, jika berupa had (hukuman) maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalas atau meminta maaf kepadanya dan jika berupa qhibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf.
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (surat Nuh: 10-12) berkata: “Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya, niscaya Ia akan memperbanyak rizki kalian, Ia akan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, melimpahkan air susu, memperbanyak harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya terdapat macam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun untuk kalian.
Kemudian di ayat yang lain Allah yang menceritakan tentang seruan Hud kepada kaumnya agar beristighfar.  
Dan (Hud berkata),’Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia kan menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan membawa kekuatan kepada kekuatanmu dan juga janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Hud: 52)
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan: “Kemudian Hud memerintahkan kaumnya untuk beristighfar sehingga dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintah-kan bertaubat untuk waktu yang mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaanya.
Imam Al-Qurthubi mengatakan: ”Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Allah tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian.”
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda:
Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Dishahihkan oleh Imam Al-Hakim (AlMustadrak, 4/262) dan Syaikh Ahmad Muhammad Syaikh (Hamisy Al-Musnad, 4/55)
Dalam hadist yang mulia ini, Nabi menggambarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Esa, Yang memiliki kekuatan akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak pernah diharapkan serta tidak pernah terbersit dalam hati.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah ia bersegera untuk memperbanyak istighfar, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Dan hendaklah kita selalu waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.
Marilah pada kita berdo’a kepada Allah, memohon ampunan atas segala dosa dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang pandai ber istighfar agar Allah senantiasa membukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi.

Kapsul Minyak Habbatussauda' Habasy Isi 100

Bagi anda yang mengalami : Gangguan usus, lambung, paru-paru, batuk, liver, anti histamin, anti bakteri, impotensi, ginjal, diabetes. Memperbaiki sel-sel, sinusitis, stroke, kanker, tumor, pusing, menambah kemesraan, menyeimbangkan hormon, asam urat, kista, myom, penyempitan pembuluh darah, untuk penyakit kulit, gatal-gatal, herpes, luka bakar, dan semua penyakit kronis lainnya. Tidak ada salahnya jika anda mengkonsumsi Kapsul Minyak Habbatussauda' Habasy Isi 100 


Kapsul Minyak Habbatussauda' Habasy Isi 100 adalah minyak yang terbuat dari biji habbatussauda yang telah digunakan sejak ribuan tahun, yang insya Allah sangat mujarab mengobati berbagai macam penyakit. Sebagaimana Rasulullah bersabda : Gunakanlah habbatussauda karena di dalamnya terdapat obat semua penyakit kecuali As sam (kematian) (HR. Bukhari).                                 
Kandungan minyak habbatussauda merupakan makanan kesehatan yang mengandung nutrisi : Crystalline, Nigellone, Arginine, EPA, Asam Alfa Linolenic, 15 zat asam amino, Omega 3, Omega 6, Saponin,  Crudefiber, Calcium, Iron, Sodium, Magnesium, Selenium, Zat Besi, Potassium, Carotene, Vitamin A, B1, B2.     

Keutamaan:
- Lebih aman dikonsumsi
- Lebih cepat diserap usus, lambung dan ginjal
- Lebih cepat dirasakan khasiatnya

Aturan Pakai :            
Untuk orang dewasa :      
Untuk menjaga stamina 1 kapsul / hari                
Untuk sakit ringan 3x1 kapsul / hari                            
Untuk sakit kronis 3x2 kapsul / hari                         

Untuk anak-anak 2x1 kapsul / hari.                        
Apabila belum ada perubahan dosis ditambahkan dan sebaiknya diminum 15 atau 30 menit sebelum makan. untuk lebih jelasnya klik saja

Senin, 02 Agustus 2010

SEJARAH SINGKAT IMAM MUSLIM

Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H atau 817 M. Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Naisabur, yang sekarang ini termasuk wilayah Rusia, dalam sejarah Islam kala itu termasuk dalam sebutan Maa Wara'a an Nahr, artinya daerah-daerah yang terletak di sekitar Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah. Pada masa Dinasti Samanid, Naisabur menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan selama lebih kurang 150 tahun. Seperti halnya Baghdad di abad pertengahan, Naisabur, juga Bukhara (kota kelahiran Imam Bukhari) sebagai salah satu kota ilmu dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah. Di sini pula bermukim banyak ulama besar.

Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadits memang luar biasa. Sejak usia dini, beliau telah berkonsentrasi mempelajari hadits. Pada tahun 218 H, beliau mulai belajar hadits, ketika usianya kurang dari lima belas tahun. Beruntung, beliau dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika berusia sepuluh tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli hadits, yaitu Imam Ad Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits Nabi SAW, dan mulai berani mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah menyebutkan periwayatan hadits.

Selain kepada Ad Dakhili, Imam Muslim pun tak segan-segan bertanya kepada banyak ulama di berbagai tempat dan negara. Berpetualang menjadi aktivitas rutin bagi dirinya untuk mencari silsilah dan urutan yang benar sebuah hadits. Beliau, misalnya pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dalam lawatannya itu, Imam Muslim banyak bertemu dan mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk berguru hadits kepada mereka. Di Khurasan, beliau berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray beliau berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu 'Ansan. Di Irak beliau belajar hadits kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz beliau belajar kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mas 'Abuzar; di Mesir beliau berguru kepada 'Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan ulama ahli hadits lainnya.

Bagi Imam Muslim, Baghdad memiliki arti tersendiri. Di kota inilah beliau berkali-kali berkunjung untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadits. Kunjungannya yang terakhir beliau lakukan pada tahun 259 H. Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, Imam Muslim sering mendatanginya untuk bertukar pikiran sekaligus berguru padanya. Saat itu, Imam Bukhari yang memang lebih senior, lebih menguasai ilmu hadits ketimbang dirinya.

Ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az Zihli, beliau bergabung kepada Bukhari. Sayang, hal ini kemudian menjadi sebab terputusnya hubungan dirinya dengan Imam Az Zihli. Yang lebih menyedihkan, hubungan tak baik itu merembet ke masalah ilmu, yakni dalam hal penghimpunan dan periwayatan hadits-hadits Nabi SAW.

Imam Muslim dalam kitab shahihnya maupun kitab-kitab lainnya tidak memasukkan hadits-hadits yang diterima dari Az Zihli, padahal beliau adalah gurunya. Hal serupa juga beliau lakukan terhadap Bukhari. Tampaknya bagi Imam Muslim tak ada pilihan lain kecuali tidak memasukkan ke dalam Kitab Shahihnya hadits-hadits yang diterima dari kedua gurunya itu. Kendatipun demikian, dirinya tetap mengakui mereka sebagai gurunya.

Imam Muslim yang dikenal sangat tawadhu' dan wara' dalam ilmu itu telah meriwayatkan puluhan ribu hadits. Menurut Muhammad Ajaj Al Khatib, guru besar hadits pada Universitas Damaskus, Syria, hadits yang tercantum dalam karya besar Imam Muslim, Shahih Muslim, berjumlah 3.030 hadits tanpa pengulangan. Bila dihitung dengan pengulangan, katanya, berjumlah sekitar 10.000 hadits. Sementara menurut Imam Al Khuli, ulama besar asal Mesir, hadits yang terdapat dalam karya Muslim tersebut berjumlah 4.000 hadits tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan pengulangan. Jumlah hadits yang beliau tulis dalam Shahih Muslim itu diambil dan disaring dari sekitar 300.000 hadits yang beliau ketahui. Untuk menyaring hadits-hadits tersebut, Imam Muslim membutuhkan waktu 15 tahun.

Mengenai metode penyusunan hadits, Imam Muslim menerapkan prinsip-prinsip ilmu jarh, dan ta'dil, yakni suatu ilmu yang digunakan untuk menilai cacat tidaknya suatu hadits. Beliau juga menggunakan sighat at tahammul (metode-metode penerimaan riwayat), seperti haddasani (menyampaikan kepada saya), haddasana (menyampaikan kepada kami), akhbarana (mengabarkan kepada saya), akhabarana (mengabarkan kepada kami), dan qaalaa (ia berkata).

Imam Muslim menjadi orang kedua terbaik dalam masalah ilmu hadits (sanad, matan, kritik, dan seleksinya) setelah Imam Bukhari. "Di dunia ini orang yang benar-benar ahli di bidang hadits hanya empat orang; salah satu di antaranya adalah Imam Muslim," komentar ulama besar Abu Quraisy Al Hafizh. Maksud ungkapan itu tak lain adalah ahli-ahli hadits terkemuka yang hidup di masa Abu Quraisy.




Reputasinya mengikuti gurunya Imam Bukhari


Dalam khazanah ilmu-ilmu Islam, khususnya dalam bidang ilmu hadits, nama Imam Muslim begitu monumental, setara dengan gurunya, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhary al-Ju’fy atau lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari. Sejarah Islam sangat berhutang jasa kepadanya, karena prestasinya di bidang ilmu hadits, serta karya ilmiahnya yang luar biasa sebagai rujukan ajaran Islam, setelah al-Qur’an. Dua kitab hadits shahih karya Bukhari dan Muslim sangat berperan dalam standarisasi bagi akurasi akidah, syariah dan tasawwuf dalam dunia Islam.

Melalui karyanya yang sangat berharga, al-Musnad ash-Shahih, atau al-Jami’ ash-Shahih, selain menempati urutan kedua setelah Shahih Bukhari, kitab tersebut memenuhi khazanah pustaka dunia Islam, dan di Indonesia, khususnya di pesantren-pesantren menjadi kurikulum wajib bagi para santri dan mahasiswa.

Pengembaraan (rihlah) dalam pencarian hadits merupakan kekuatan tersendiri, dan amat penting bagi perkembangan intelektualnya. Dalam pengembaraan ini (tahun 220 H), Imam Muslim bertemu dengan guru-gurunya, dimana pertama kali bertemu dengan Qa’nabi dan yang lainnya, ketika menuju kota Makkah dalam rangka perjalanan haji. Perjalanan intelektual lebih serius, barangkali dilakukan tahun 230 H. Dari satu wilayah ke wilayah lainnya, misalnya menuju ke Irak, Syria, Hijaz dan Mesir.

Waktu yang cukup lama dihabiskan bersama gurunya al-Bukhari. Kepada guru besarnya ini, Imam Muslim menaruh hormat yang luar biasa. "Biarkan aku mencium kakimu, hai Imam Muhadditsin dan dokter hadits," pintanya, ketika di sebuah pertemuan antara Bukhari dan Muslim.

Disamping itu, Imam Muslim memang dikenal sebagai tokoh yang sangat ramah, sebagaimana al-Bukhari yang memiliki kehalusan budi bahasa, Imam Muslim juga memiliki reputasi, yang kemudian populer namanya — sebagaimana disebut oleh Adz-Dzahabi — dengan sebutan muhsin dari Naisabur.

Maslamah bin Qasim menegaskan, "Muslim adalah tsaqqat, agung derajatnya dan merupakan salah seorang pemuka (Imam)." Senada pula, ungkapan ahli hadits dan fuqaha’ besar, Imam An-Nawawi, "Para ulama sepakat atas kebesarannya, keimanan, ketinggian martabat, kecerdasan dan kepeloporannya dalam dunia hadits."




Kitab Shahih Muslim

Imam Muslim memiliki jumlah karya yang cukup penting dan banyak. Namun yang paling utama adalah karyanya, Shahih Muslim. Dibanding kitab-kitab hadits shahih lainnya, kitab Shahih Muslim memiliki karakteristik tersendiri, dimana Imam Muslim banyak memberikan perhatian pada ekstraksi yang resmi. Beliau bahkan tidak mencantumkan judul-judul setiap akhir dari satu pokok bahasan. Disamping itu, perhatiannya lebih diarahkan pada mutaba’at dan syawahid.

Walaupun dia memiliki nilai beda dalam metode penyusunan kitab hadits, Imam Muslim sekali-kali tidak bermaksud mengungkap fiqih hadits, namun mengemukakan ilmu-ilmu yang bersanad. Karena beliau meriwayatkan setiap hadits di tempat yang paling layak dengan menghimpun jalur-jalur sanadnya di tempat tersebut. Sementara al-Bukhari memotong-motong suatu hadits di beberapa tempat dan pada setiap tempat beliau sebutkan lagi sanadnya. Sebagai murid yang shalih, beliau sangat menghormati gurunya itu, sehingga beliau menghindari orang-orang yang berselisih pendapat dengan al-Bukhari.

Kitab Shahih Muslim memang dinilai kalangan muhaditsun berada setingkat di bawah al-Bukhari. Namun ada sejumlah ulama yang menilai bahwa kitab Imam Muslim lebih unggul ketimbang kitabnya al-Bukhari.

Sebenarnya kitab Shahih Muslim dipublikasikan untuk Abu Zur’ah, salah seorang kritikus hadits terbesar, yang biasanya memberikan sejumlah catatan mengenai cacatnya hadits. Lantas, Imam Muslim kemudian mengoreksi cacat tersebut dengan membuangnya tanpa argumentasi. Karena Imam Muslim tidak pernah mau membukukan hadits-hadits yang hanya berdasarkan kriteria pribadi semata, dan hanya meriwayatkan hadits yang diterima oleh kalangan ulama. Sehingga hadits-hadits Muslim terasa sangat populis.

Berdasarkan hitungan Muhammad Fuad Abdul Baqi, kitab Shahih Muslim memuat 3.033 hadits. Metode penghitungan ini tidak didasarkan pada sistem isnad sebagaimana dilakukan ahli hadits, namun beliau mendasarkannya pada subyek-subyek. Artinya jika didasarkan isnad, jumlahnya bisa berlipat ganda.

Antara al-Bukhari dan Muslim

Imam Muslim, sebagaimana dikatakan oleh Prof. Mustafa ‘Adzami dalam bukunya Studies in Hadith Methodology and Literature, mengambil keuntungan dari Shahih Bukhari, kemudian menyusun karyanya sendiri, yang tentu saja secara metodologis dipengaruhi karya al-Bukhari.

Antara al-Bukhari dan Muslim, dalam dunia hadits memiliki kesetaraan dalam keshahihan hadits, walaupun hadits al-Bukhari dinilai memiliki keunggulan setingkat. Namun, kedua kitab hadits tersebut mendapatkan gelar sebagai as-Shahihain.

Sebenarnya para ulama berbeda pendapat mana yang lebih unggul antara Shahih Muslim dengan Shahih Bukhari. Jumhur Muhadditsun berpendapat, Shahihul Bukhari lebih unggul, sedangkan sejumlah ulama Marokko dan yang lain lebih mengunggulkan Shahih Muslim. Hal ini menunjukkan, sebenarnya perbedaannya sangatlah sedikit, dan walaupun itu terjadi, hanyalah pada sistematika penulisannya saja, serta perbandingan antara tema dan isinya.

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain, karena Al-Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang secara struktural sebagai guru dan murid dalam hadits Mu’an’an; agar dapat dihukumi bahwa sanadnya bersambung. Sementara Muslim menganggap cukup dengan "kemungkinan" bertemunya kedua rawi tersebut dengan tidak adanya tadlis.

Al-Bukhari mentakhrij hadits yang diterima para perawi tsaqqat derajat utama dari segi hafalan dan keteguhannya. Walaupun juga mengeluarkan hadits dari rawi derajat berikutnya dengan sangat selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada rawi derajat kedua dibanding Bukhari. Disamping itu kritik yang ditujukan kepada perawi jalur Muslim lebih banyak dibanding kepada al-Bukhari.

Sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan — sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar —, bahwa Muslim lebih berhati-hati dalam menyusun kata-kata dan redaksinya, karena menyusunnya di negeri sendiri dengan berbagai sumber di masa kehidupan guru-gurunya. Beliau juga tidak membuat kesimpulan dengan memberi judul bab sebagaimana Bukhari lakukan. Dan sejumlah alasan lainnya.

Namun prinsipnya, tidak semua hadits Bukhari lebih shahih ketimbang hadits Muslim dan sebaliknya. Hanya pada umumnya keshahihan hadits riwayat Bukhari itu lebih tinggi derajatnya daripada keshahihan hadits dalam Shahih Muslim.





Karya-karya Imam Muslim

Imam Muslim berhasil menghimpun karya-karyanya, antara lain seperti: 1) Al-Asma’ wal-Kuna, 2) Irfadus Syamiyyin, 3) Al-Arqaam, 4) Al-Intifa bi Juludis Siba’, 5) Auhamul Muhadditsin, 7)At-Tarikh, 8) At-Tamyiz, 9) Al-Jami’, 10) Hadits Amr bin Syu’aib, 11) Rijalul ‘Urwah, 12)Sawalatuh Ahmad bin Hanbal, 13) Thabaqat, 14) Al-I’lal, 15) Al-Mukhadhramin, 16) Al-Musnad al-Kabir, 17) Masyayikh ats-Tsawri, 18) Masyayikh Syu’bah, 19) Masyayikh Malik, 20) Al-Wuhdan, 21) As-Shahih al-Masnad.

Kitab-kitab nomor 6, 20, dan 21 telah dicetak, sementara nomor 1, 11, dan 13 masih dalam bentuk manuskrip. Sedangkan karyanya yang monumental adalah Shahih dari judul singkatnya, yang sebenarnya berjudul, Al-Musnad as-Shahih, al-Mukhtashar minas Sunan, bin-Naqli al-’Adl ‘anil ‘Adl ‘an Rasulillah.


Wafatnya Imam Muslim

Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab 261 H. Semoga Allah SWT merahmatinya, mengampuni segala kesalahannya, serta menggolongkannya ke dalam golongan orang-orang yang sholeh. Amiin.



Sumber: - http://members.tripod.com/fitrah_online/thema/des98/1298muslim.htm
                - http://www.kotasantri.com/galeria.php?aksi=DetailArtikel&artid=171