Jumat, 29 Oktober 2010

Sebuah Renungan


Beberapa hari ini kembali masyarakat Indonesia berada dalam kesedihan dan duka. Rentetan peristiwa yang tidak sedikit memakan korban harta dan jiwa terjadi silih berganti. Dimulai dari banjir bandang di Washior, gempa bumi yang diiringi tsunami di Mentawai, Merapi yang erupsi, sampai kepada genangan air yang hampir diseluruh Jakarta. Belum termasuk kejadian-kejadian lainnya yang selalu menjadi bumbu harian setiap media seperti perampokan, pemerkosaan, kebakaran, kerusuhan tabrakan dan sebagainya.
Berkaitan dengan begitu banyaknya peristiwa dann kejadian yang terjadi di negeri ini, mari kita ingat kembali istilah-istilah yang diberikan oleh Allah untuk berbagai peristiwa yang menimpa manusia, sebagai bagian dari intropeksi diri dan merupakan langkah awal menuju sebuah perbaikan.
Dalam Al qur’an ada tiga istilah untuk kejadian-kejadian yang menimpa manusia, ketiganya itu ialah Azab, musibah dan bala. Perbedaan ketiganya sangat jelas diterangkan oleh Al Qur’an,
1)     Azab adalah siksaan yang ditimpakan kepada manusia yang melampaui batas kemaksiatan dan dosa. Namun azab tidak ditimpakan kepada orang beriman. Beberapa jenis azab yang ditimpakan kepada orang yang melampaui batas, sebagaimana kaum Nuh yang Allah tenggelamkan dikarenakan mendustakan seorang Rasul, atau kaum Tsamud yang disebabkan tak beriman, membusungkan dada dan menantang datangnya adzab, Allah jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan dengan gempa yang mengguncang mereka, atau seperti kaum Luth yang dikarenakan perzinaan sesama jenis, homosexsual, Allah hujani mereka dengan batu, atau seperti kaum Madyan yang Allah jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan disebabkan curang dalam takaran dan timbangan serta membuat kerusakan dimuka bumi dan menghalangi Orang untuk beriman, atau seperti kaum ‘Aad yang disebabkan tidak memurnikan tauhid dan bersujud kepadaNya, Allah kiRim kepada mereka angin yang sangat panas yang memusnahkan mereka. Kaum-kaum terdahulu Allah hancurkan dan luluh lantahkan disebabkan satu dua kemungkaran yang dikepalai kesyirikan,
Atau kejadian yang diabadikan oleh Al Qur’an. Dalam Sirat Al-Fiil. Kisah tentang raja Abrahah penguasa dari Yaman yang ingin memindahkan Ka’bah, Akan tetapi sebelum mereka sampai Allah sudah terlebih dahulu mengutus burung ababil untuk menghancurkan mereka  :
“Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang        berbondong-bondong,”
“yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,”
Menurut Syaikh Muhammad abduh ada virus yang dibawa burung  yang menyerang seluruh pasukan bergajah itu , maka seluruh dagingnya cair tinggal tulang-belulang yang putih, akan tetapi kakek dari Nabi Muhammad tidak terkena azab tersebut. Ini suatu contoh bahwa hanya orang durhaka yang tertimpa azab dan orang beriman tidak akan terkena azab.Dan masih banyak kaum-kaum yang ditimpa azab oleh Allah SWT yang diabadikan dalam Al Qur’an. Dan Mengenai azab ini marilah kita renungkan Firman Allah dalam Al-quran Surat al-An’am ayat 65-67 :
           
65. Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu[482] atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti[483] agar mereka memahami(nya)".
66. dan kaummu mendustakannya (azab)[484] Padahal azab itu benar adanya. Katakanlah: "Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu".
67. untuk Setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.
2)     Yang Kedua Musibah, musibah tidak hanya menimpa kepada orang-orang kafir dan durhaka saja, tetapi juga menimpa orang-orang yang beriman dan juga orang-orang yang sholeh. Dengan demikian apabila dalam suatu peristiwa atau kejadian terdapat korban yang bukan hanya dari golongan orang-orang kafir saja tetapi banyak juga dari golongan orang-orang yang beriman, ini bisa kita sebut musibah.
Fungsi musibah didalam Al Qur’an dan hadist adalah untuk menguji siapa orang yang termasuk hamba Allah yang sejati, mari kita perhatikan firman Allah dalam Al-qur’an :
 “ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.”
Musibah didalam Al Qur’an berfungsi juga sebagai penghapus dosa masa lampau, ada sebuah hadist yang mengungkapkan :
“Jika Allah berkehendak baik terhadap hambanya, maka Allah akan menurunkan musibah terhadap hamba itu didunia, sehingga lunas didunia dan tidak lagi mendapat siksaan di akhirat, begitupun sebaliknya jika Allah berkehendak tidak baik terhadap hambanya, maka ia akan menunda siksanya untuk diakhirat sana.
Oleh karena itu jika kita saat ini tidak terkena musibah, jangan lantas berpuas diri, karena khawatir kita termasuk dalam golongan yang kedua dari hadist ini. Yaitu mendapat siksa dineraka kelak
3)     Bala, bala lebih merupakan human eror yaitu kesalahan atau kecerobohan manusia sehingga terjadi kecelakaan dan hal hal yang merugikan dirinya sendiri. Yang harus kita perhatikan disini, ketika Allah menugaskan manusia untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini yaitu untuk menjaga dan merawat bumi ini. Maka, tunduknya alam semesta kepada manusia selama manusia itu sendiri tidak melampaui batas, akan tetapi jika manusia melampaui batas maka alam semesta itu tidak lagi tunduk kepada manusia bahkan bisa menjadi bencana buat manusia. Kalau tadinya laut digambarkan oleh Alqur’an sebagai sarana transfortasi bisa jadi sebagai tempat terjadinya bencana. Angin yang tadinya berfungsi sebagai alat penyerbukan bisa berubah menjadi angin topan yang ganas, yang menghancurkan manusia itu sendiri. Firman Allah :
 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Dari pemaparan diatas, kita bisa menilai….apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan diri kita?.....Apa yang sebenarnya yang terjadi dinegeri ini. apakah ini azab, musibah atau bala?
Selanjutnya mari kita renungkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ ayat 79 :
“ Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Semoga kita tergolong orang-orang yang senantiasa pandai menjalankah amanah dari Allah sehingga kita selalu diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan kita, dijauhkan dari segala macam bala dan keburukan.
Saudara seiman, sebangsa dan setanah air yang saat ini terkena bencana, kita do’akan semoga diberikan ketabahan, keasabaran dan kekuatan oleh Allah SWT.
                          

Jumat, 22 Oktober 2010

Zuhud Non Meaning is Impecunious.



Human being created by Allah as khalifah on earth, as human being khalifah have heavy responsibility and duty. Even only just human being which accept this responsibility and duty, while the other refuse. In Al Holy affirmed by how creature besides human being do not ready to to shoulder the heavy duty. Paying attention Allah firman in Al Ahzab letter: 72 following.

Its meaning: " In fact We have told commendation ( religious duties) to sky, mounts and earth, Hence altogether shy at to shoulder that commendation and they party to betraying [him/ it], and shouldered by that commendation by human being." ( QS. Al Ahzab: 72)

Therefore, Allah award human being an ability which do not have by lian creature, that is ability think ( nadhariyah quwah) beside give ability of physical ( quwah ' amaliah) [is] such as those which passed to other Allah makhuk-makhluk. That thing is meant to assist human being in running its dutys.

Ably thinking [him/ it], human being can differentiate ugly and good things. That way also, with the award [of] human being in all day long [his/its] earn worthwhile nengambil to its it[him] and also others, and also can prevent something that can cause ugly to x'self also others. While ably owned physical [it], human being can try and work for to fulfill requirement [of] its life.

Duty human being as khalifah is to have religious service, good that religious service which in character individually and also social. Become, all action which its its[his], both for relating to their/his self and or others, only instructed for the religious service of and serve to Allah. Allah Berfirman in Adz Dzariyat letter: 56:

Its meaning: " And I [do] not create human being and genie but so that they serve to me." ( QS. Adz Dzariyat: 56)

Besides, human being also take charge of to develop;build earth (' imaratul-ardli), not on the contrary, destroy earth just for earthly importances and listen go desire [of] mere passion atmosphere.

Other on course, utilize to fulfill its fundamental life, human being require to eat, drink clothes, and residence. Fact like that's causing human being to work and make an effort in order to closing over requirement [of] life. Work and make an effort to look for living cost non meaning to express attitude like to good and chattel, but just fulfilling requirement [of] life. With that activity, human being can execute its duty.

In context like this, work and make an effort to become something that [is] obliged to, because have religious service [to] [is] [is] obliged to. While have religious service [to] without working, in general human being cannot fulfill requirement [of] its life. That thing is as according to method:

" Something that if obligation cannot perfect without him, hence something is the [of] law [is] obliged to its"

On the other hand, human being governed for the zuhud of, to leaving every thing related to is earthly. This represent a separate dilemma. One human being side have to work to look for good and chattel utilize to close over everyday requirement [of] nya, but on the other side him governed [by] zuhud. This become contemplation [all] Sufi - especially ancient moslem scholar/ salaf- utilize to give accurate and correct solution.

Congeniality [of] Zuhud according to Dusty Sayid Burn in Kifayah Al Atqiya' in fact [do] not differ far from picture above, that is:

" Eliminating depended liver to good and chattel ( world), non meaning to have no estae."

Other opinion tell, zuhud [is] to leave world fully. There [is] also telling, zahid [is] one who occupied x'self everything is mandatory [of] Allah and also leave all workdload to besides Its. May even exist telling, zuhud [is] to leave this world world will [there] no.
Difference [of] Congeniality [of] zuhud [among/between] the other and someone above, in fact leave from difference [of] each level or maqam in tasawuf. There [is] which when reaching certain maqam, someone only billah tsiqah ( trust fully to Allah) and surender x'self totally ( without endeavour and [do] not hope [at] besides Allah). That thing [is] mirror from three final definition about zuhud.

But, from congeniality [of] previous zuhud, can be taken [by] conclusion that zuhud non meaning to hate to world or have no good and chattel. But zuhud [is] to eliminate depended liver [at] besides Allah SWT ( good and chattel and is other). This conclusion in harmony with what have been explained [by] Al Ghazali, after [he/she] depict world - by is assorted [of] form and [his/its] variegation- what a affront and lower nya, his conclude: zuhud [is] leave all loved [by] passion atmosphere [go] to better with confidence what later he obtain;get much more [is] valuable compared to what left. Equally, zuhud [is] to leave earthly business to reach bliss [of] eternity.

Al Ghazali give picture as reflection to zahid ( one who [is] zuhud). First, (are) all the same to [among/between] owning estae and [do] not. Namely, [do] not feel to like with existence of estae, nor hard with no nya. [Both/ second], praised or interposed [by] others, [there] no influence to x'self. Third, pacification [of] its liver only leaning on Allah eye, and also its liver [is] fulfilled [by] feeling " scrumptious [of] nya devote" ( ta'at) to The Khaliq.

Become, zahid in fact is not someone which do not have good and chattel is at all. Is though his by good and chattel abundance, however if only base on Allah eye, do not to is other, can be categorized by zahid. Conversely, although someone do not have estae, however if its liver still base on besides Allah, cannot get out of world and always hope giving of others, hence him is not zahid.
All agreement, if zuhud represent a[n fomentation and is especial, as according to Prophet Muhammad polite:

" Use zuhud in world case, undoubtedly you will love by Allah. And use zuhud don't hope from something exist in human being grasp, undoubtedly you will take a fancy to human being."

In general, all of us it is true require good and chattel to take care of the continuity of life. But that thing don't be made by reason finish entire/all time just for working by forgetting obligation as mortal.

Target of human life non simply working and heaping good and chattel, but searching world kwbahagiaan and eternity ( Sa'adutud-daraini). World only as place plant ( Mazra'ah) by pious charitable as many as possible as stock for its life. Good and chattel only part of a world of a few/little its value is compared to life of endless and everlasting eternity. Hopefully I what have write this good for and useful in eternity and world……….Amen.

Kamis, 21 Oktober 2010

Asma'ul Husna

Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna adalah nama-nama Allah ta'ala yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berati yang baik atau yang indah jadi Asma'ul Husna adalah nama nama milik Allah ta'ala yang baik lagi indah.

Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad SWT.
Berdasarkan keterangan : Allaahu ismun li dzaatil wajibul wujuud artinya : Allah itu adalah sebuah nama kepada yang pasti ada keberadaannya (eksistensi). Jadi jelaslah Allah itu adalah sebuah nama kepada sesuatu yang wajib untuk dilayani dengan sebenar-benarnya, karena berdasarkan keterangan: Allaahu ismun li dzaati ma'budi bi haqq artinya : Allaah itu adalah sebuah nama kepada sesuatu yang wajib dilayani (ma'budi) dengan sebenar-benarnya pelayanan (ibadah).
Dalam tradisi Islam disebutkan ada 99 nama untuk Allah (Asmaaul Husna), diambil dari nama-nama yang digunakan Al Qur'an untuk merujuk kepada Allah. Nama-nama tersebut adalah :

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ بِيده الخير وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
َw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ã&s! âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡çtø:$#
Mengandung Makna
Indonesia
Arab
No.
Allah
الله

Yang Memiliki Mutlak sifat Pengasih
الرَحمن
1
Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang
الرحيم
2
Yang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah
الملك
3
Yang Memiliki Mutlak sifat Suci
القدوس
4
Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Kesejahteraan
السلام
5
Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Keamanan
المؤمن
6
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemelihara
المهيمن
7
Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
العزيز
8
Yang Memiliki Mutlak sifat Perkasa
الجبار
9
Yang Memiliki Mutlak sifat Megah, Yang Memiliki Kebesaran
المتكبر
10
Yang Memiliki Mutlak sifat Pencipta
الخالق
11
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
البارئ
12
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Membentuk Rupa (makhluknya)
المصور
13
Yang Memiliki Mutlak sifat Pengampun
الغفار
14
Yang Memiliki Mutlak sifat Memaksa
القهار
15
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Karunia
الوهاب
16
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Rejeki
الرزاق
17
Yang Memiliki Mutlak sifat Pembuka Rahmat
الفتاح
18
Yang Memiliki Mutlak sifat Mengetahui (Memiliki Ilmu)
العليم
19
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menyempitkan (makhluknya)
القابض
20
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melapangkan (makhluknya)
الباسط
21
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Merendahkan (makhluknya)
الخافض
22
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Meninggikan (makhluknya)
الرافع
23
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Memuliakan (makhluknya)
المعز
24
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menghinakan (makhluknya)
المذل
25
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendengar
السميع
26
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melihat
البصير
27
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menetapkan
الحكم
28
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil
العدل
29
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Lembut
اللطيف
30
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengetahui Rahasia
الخبير
31
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyantun
الحليم
32
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Agung
العظيم
33
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengampun
الغفور
34
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pembalas Budi (Menghargai)
الشكور
35
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi
العلى
36
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Besar
الكبير
37
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menjaga
الحفيظ
38
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Kecukupan
المقيت
39
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membuat Perhitungan
الحسيب
40
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
الجليل
41
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemurah
الكريم
42
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengawasi
الرقيب
43
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengabulkan
المجيب
44
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Luas
الواسع
45
Yang Memiliki Mutlak sifat Maka Bijaksana
الحكيم
46
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencinta
الودود
47
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
المجيد
48
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membangkitkan
الباعث
49
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menyaksikan
الشهيد
50
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Benar
الحق
51
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memelihara
الوكيل
52
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kuat
القوى
53
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kokoh
المتين
54
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melindungi
الولى
55
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Terpuji
الحميد
56
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengkalkulasi
المحصى
57
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memulai
المبدئ
58
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengembalikan Kehidupan
المعيد
59
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menghidupkan
المحيى
60
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mematikan
المميت
61
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Hidup
الحي
62
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mandiri
القيوم
63
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penemu
الواجد
64
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
الماجد
65
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tunggal
الواحد
66
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Esa
الاحد
67
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
الصمد
68
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
القادر
69
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkuasa
المقتدر
70
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendahulukan
المقدم
71
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengakhirkan
المؤخر
72
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Awal
الأول
73
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Akhir
الأخر
74
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Nyata
الظاهر
75
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Ghaib
الباطن
76
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memerintah
الوالي
77
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi
المتعالي
78
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penderma
البر
79
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penerima Tobat
التواب
80
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyiksa
المنتقم
81
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemaaf
العفو
82
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengasih
الرؤوف
83
Yang Memiliki Mutlak sifat Penguasa Kerajaan (Semesta)
مالك الملك
84
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
ذو الجلال و الإكرام
85
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil
المقسط
86
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengumpulkan
الجامع
87
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkecukupan
الغنى
88
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Kekayaan

المغنى
89
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mencegah

المانع
90
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Derita
الضار
91
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Manfaat
النافع
92
Yang memiliki mutlaq sifat Maha Bercahaya (Menerangi, memberi cahaya)
النور
93
Yang memiliki mutlaq sifat maha pemberi petunjuk
الهادئ
94
Yang indah tidak mempunyai banding
البديع
95
Yang memiliki mutlaq sifat maha sifat Maha Kekal
الباقي
96
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pewaris
الوارث
97
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pandai
الرشيد
98
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Sabar
الصبور
99