Rabu, 05 Mei 2010

PRIA DAN WANITA TIDAK PERNAH SAMA

Pernahkah anda membayangkan hubungan pernikahan yang bahagia, saya sama seperti umumnya lelaki yang ada yaitu suka dan tertarik sama lawan jenis yaitu wanita. Begitupun sebaliknya adalah hal yang wajar jika anda seorang wanita kemudian menyukai pria. Ini adalah fitrah dan naluri manusia sebagai anugerah dari Sang Khaliq..Allah SWT. Sebagai mana firman-Nya dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 14..."Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diinginkan, yaitu : Wanita-wanita, dan anak-anak, dan harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan(kendaraan), binatang ternak serta sawah dan ladang. Semuanya itu kesenangan dunia, dan hanya kepada Allah lah tempat kembali yg paling baik"

Dari ayat diatas kita bisa mengetahui bahwa salah naluri manusia menyukai lawan jenis...lelaki kepada wanita dan sebaliknya.(maaf saya tdk menyingung tntng suka nya sesama jenis...mungkin mnyusul...amin). Saya atau anda mungkin pernah mendengar atau bahkan mengatakan perketaan seperti ini "kami sudah merasa cocok, bulan depan akan menikah" atau "saya belum menemukan pasangn yang sesuai dengan keinginan hati saya" atau ucapan2 lain yg terkait kecocokan, kesamaan dan keharmonisan sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sebenarnya kalau kata "COCOK" yang digunakan untuk menemukan pasang kita, maka kalau itu acuannya sya'riat islam kita akan menemukan bebrapa kriteria diantaranya :

1. Calon pasangan kita harus lawan jenis kita. Pria vs wanita atau sbaliknya. Bukan sesama jenis yang dikenal dengan homo atau lesbi.

2. Calon pasangan kita harus se-aqidah atau satu keyakinan, yaitu muslim dengan muslimah atau sebaliknya. Bukan muslim dengan non muslim

3. Kalau kriteria yang ke 1 dan 2 sudah mantap, islam memberikan bebera pilihan terkait dengan memilh calon pendamping melalui sabda Rasulallah SAW : "


Kemudian kalau kata cocok atau sama itu acuan nya adalah diluar agama tadi seperti profesi, hoby, kebiasaan dan sebagainya. Ini kriteria yang relative.....tidak lantas mentang2 satu profesi, hoby sama, kebiasaan sama, makanan kesukaan sama akan bahagia. bukan kah banyak yang kita contoh. artis sm artis, guru sama guru, petani sama petani mereka bisa kandas, islam tidak mengajarkan kasta atau golongan dalam hal ini. Dan yang kita fahami justru dengan berbedanya kita ini akan mengantarkan kepada suatu kebahagian lahir bathin.

Selanjutnya saya akan menggunakan sebuah analogi matematika dalam menyikapi ketidaksamaan atau kurang lebihnya kemampuan pasangan kita. Kalau dianalogikan kebahagiaan rumah tangga itu dengan angka 100, maka apabila ada soal penjumlahan berapa+berapa yang jumlahnya 100. Jawabannya tidak harus 50+50, tetapi bisa saja 70+30, 40+60, 56+44 dst. selama angka yang dijumlahkan itu hasilnya 100. Umpama dalam satu hal kita punya nilai 70 + pasangan kita 30 jumlahnya 100(bahagia). Stop....sampai disini analogi kita hentikan karena matematika pasti sementara manusia bisa berubah. siapa tahu yang tadinya 30 karena teruz belajar dan membiasakan diri lama-lama berubah menjadi 35, 45, 50 dst. Bukankah orang bijak mengatakan "Bisa itu karena terbiasa" atau kisah ibnu hajar yang diabadikan dengan peribahasa sunda "Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok" atau bahkan sabd Rasulalloh SAW "Siapa yang besungguh sungguh niscaya dia mampu" dan masih banyak ungkapan2 lainnya yang mengisyaratkan manusia bisa berubah.

Nah...dari pemaparan diatas kita bisa simpulkan bahwa bahagianya sebuah ikatan pernikahan bukan terletak pada banyaknya kesamaan antara kita dengan pasangan kita, karena secara kodrat saja sudah berbeda fungsinya. Justru dengan menerima adanya perbedaan akan terciptalah rasa saling membutuhkan, melengkapi, dan saling mengerti. Kalau Al Qur'an mengibaratkan bahwa pasangan itu adalah sebuah pakaian...maka kata sesuai untuk pakaian disana adalah penyesuaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.