Jumat, 21 Mei 2010

SELAPUT DARA

Sudah bukan rahasia bahwa setiap laki-laki apalagi yang masih bujangan ingin menikah dengan perempuan yang masih gadis atau perawan, betul tidak…? Apalagi ada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dimana Rasulallah SAW bersabda :< 

“Kawinilah gadis-gadis, sesungguhnya mereka lebih sedap mulutnya dan lebih banyak melahirkan serta lebih rela menerima (pemberian) yang sedikit”. (HR. Ath-Thabrani).

Waaah…makin semangat saja nih mencari yang masih gadis hehe…..Lalu siapa gadis itu dan seperti apa….? Nah kalau masalah itu silahkan anda cari sendiri yang sesuai dengan keinginan anda….Saya sekedar mengingatkan, bahwa begitu banyak cerita tentang rumah tangga yang tidak harmonis dan bahkan hancur pada akhirnya dikarenakan gadis yang dinikahinya sudah bukan perawan lagi. Tentu saja haram hukumnya dan merupakan perbuatan zina apabila ada yang melakukan hubungan intim antara laki-laki dan perempuan diluar nikah walau dengan dalih untuk mengetahui masih perawan atau tidaknya calon pasangan yang akan dinikahi meskipun dengan landasan suka sama suka.

Anda pernah mendengar kata “Selaput Dara”?....Hmm…pasti sekarang anda tengah membayangkan sesuatu…..hehe…Tepis dulu lamunan anda, kita jelaskan dulu kata itu agar tidak terjadi salah faham. Dalam masyarakat dikenal “Mitos Selaput Dara”…Apa itu..? Mitos adalah suatu dongeng yang sering berisi gambaran peristiwa yang berlebihan bahkan terkesan didramatisir, namun berkembang menjadi keyakinan yang akhirnya harus terjadi. Dan Selaput Dara ialah selaput tipis dan merupakan membran yang sangat lembut dan berada dimulut vagina perempuan, dalam bahasa inggris disebut hymen.

Sampai saat ini masih banyak orang yang menganggap bahwa kegadisan seorang perempuan diukur oleh masih utuh atau tidaknya selaput dara, yang secara biologis selaput ini tidak begitu berfungsi. Akan tetapi membran ini memiliki beban kultur yang berat, bahkan ada suku bangsa yang melakukan upacara penghormatan khusus bagi keluarga wanita, yang diawali dengan secarik kain putih berisi percikan darah sebagai bukti kegadisan oleh pasangan pria setelah malam pengantin. Oooh…….begitu hebatnya efek dari mitos selaput dara ini.

Keperawanan seorang perempuan tidak mesti diukur dari keluar atau tidaknya darah saat melakukan hubungan intim pertama kali, bisa saja membran itu terluka atau melentur. Karena memang karakteristik membran ini sangat fleksibel. Selain itu “kehilangan” membran dapat terjadi oleh kegiatan fisik yang keras, seperti mengikuti jenis olah raga tertentu. Menurut hasil penelitian pakar dalam bidang seksologi, ditemukan beberapa perempuan sejak lahir tidak memiliki membran. Keberadaan selaput(hymen) juga tidak selalu membuktikan seorang perempuan belum pernah melakukan hubungan seksual dan masih teruji kegadisannya. Bisa saja hymen baru terkoyak saat perempuan melahirkan bayinya. Walaupun ada perempuan yang vaginanya baru dapat menerima insersi penis pada saat berhubungan seksual, setelah hymen terbuka karena terluka oleh desakan penis yang cukup kuat.

Jadi kesimpulannya, perdarahan pada malam pertama saat melakukan hubungan intim memang bisa menjadi bukti bahwa pasangan perempuan masih gadis. Namun ternyata ada juga pasangan perempuan yang mengeluarkan darah karena begitu lihai dan sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual, sehingga ia terkesan masih gadis (virgin).

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan tentang seksualitas manusia yang berdasar kepada penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka timbul petanyaan. Apakah masih bijaksana kalau kita masih mempertahankan “Mitos selaput Dara”…….? Apakah kebahagian rumah tangga begitu bergantung dari kehadiran selaput dara? Apakah hidup ini menjadi akan tidak berarti jika belum merasakan pengalaman memecah selaput dara? Dan tentu masih banyak pertanyaan dan jawaban yang menarik lainnya. Mari kita renungkan Sabda Rasulallah SAW :

“Barangsiapa mengawini seorang wanita karena memandang kedudukannya maka Allah akan menambah baginya kerendahan, dan barangsiapa mengawini wanita karena memandang harta-bendanya maka Allah akan menambah baginya kemelaratan, dan barangsiapa mengawininya karena memandang keturunannya maka Allah akan menambah baginya kehinaan, tetapi barangsiapa mengawini seorang wanita karena bermaksud ingin meredam gejolak mata dan menjaga kesucian seksualnya atau ingin mendekatkan ikatan kekeluargaan maka Allah akan memberkahinya bagi isterinya dan memberkahi isterinya baginya”. (HR. Bukhari)


Bekasi, 17 Mei 2010
Jaka Suganda
Sumber : PERKAWINAN & KELUARGA No. 424/XXXV/2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.