Tampilkan postingan dengan label RAMADHAN YAA RAMADHAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RAMADHAN YAA RAMADHAN. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Agustus 2011

Tips Mudik Pakai Sepeda Motor

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Royke Lumowa mengimbau masyarakat yang hendak mudik untuk tidak menggunakan sepeda motor. Pasalnya, sepeda motor bukan merupakan moda transportasi jarak jauh.

Namun, apabila terpaksa menggunakan sepeda motor, dia meminta masyarakat melakukan persiapan-persiapan untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
"Pertama, cek dan ikuti standard safety untuk jarak jauh," kata Royke, Selasa (23/8/2011), di Polda Metro Jaya.

Dia mencontohkan, saat berkendara, baik penumpang maupun pengendara harus menggunakan helm, sepatu, jaket, dan sarung tangan. "Bawa barang secukupnya sehingga tidak melebihi kapasitas. Jangan membawa koper," ujarnya.

Dia mengatakan, satu motor hanya bisa ditumpangi dua orang. Apabila lebih dari itu, kepolisian akan menindaknya di titik pengecekan. Larangan membawa anak kecil dengan sepeda motor juga berlaku.

"Akan langsung kami pulangkan karena itu berbahaya," katanya.
Langkah kedua, menurut Royke, adalah menyiapkan jas hujan. Persiapan ini penting dan jangan sampai tertinggal lantaran kita tidak pernah bisa memprediksi cuaca selama perjalanan berlangsung.
"Ketiga, cek mesin dan sistem rem. Lampu-lampu juga perlu dicek ke bengkel. Motor harus masuk bengkel dulu sebelum berangkat agar mesin dan lainnya prima," ujarnya.
Terakhir, ia mengingatkan calon pemudik untuk istirahat cukup setiap delapan jam. "Jangan tunggu capek. Kalau mau aman, harus sengaja diistirahatkan. Jangan dipaksakan," katanya.
Langkah-langkah itu dipaparkan Royke untuk menekan angka kecelakaan yang terjadi pada masa mudik kali ini. Pada tahun 2009, sebanyak 68 pemudik bersepeda motor meninggal dunia di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Sementara  selama masa mudik 2010, sebanyak 62 pemudik dengan motor meregang nyawa di jalan.

Angka itu diprediksi meningkat karena jumlah pemudik bersepeda motor tahun ini diperkirakan mencapai 8 juta orang atau meningkat 14 persen daripada tahun sebelumnya. Pada masa mudik 2010, jumlah sepeda motor mencapai 3,6 juta unit dengan jumlah penumpang 7,2 juta orang. Pada masa mudik 2011, jumlah sepeda motor diperkirakan 4,1 juta unit dengan jumlah penumpang 8,3 juta orang.

"Kalau tidak dengan kesadaran masing-masing, kecelakaan akan terus terjadi. Jadi, kami imbau masyarakat yang pakai sepeda motor untuk selalu mengutamakan keselamatan," ujar Royke. 

Sumber : KOMPAS.com

Lailatul Qadr

Pada suatu hari Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bercerita kepada para sahabatnya tentang pejuang dari Bani Israil yang bernama Syam’un. Selama 1000 bulan atau delapan puluh tiga tahun ia tidak pernah meletakkan senjata atau beristirahat dari perang Fii Sabilillah. Ia hanya berperang dan berperang demi menegakkan agama Allah tanpa mengenal rasa lelah. Para sahabat ketika mendengar cerita tersebut, mereka merasa kecil hati dan merasa iri dengan amal ibadah dan perjuangan orang tersebut. Mereka ingin melakukan amal ibadah dan perjuangan yang sedemikian rupa, tapi bagaimana mungkin untuk melakukannya sedang umur kehidupan mereka jarang yang mencapai usia lebih dari enam puluh atau tujuh puluh tahun. Di dalam hadist disebutkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: “Usia ummatku sekitar enam puluh atau tujuh puluh tahun”. karena itulah mereka bersedih dan kecil hati. 

Ketika para sahabat sedang berfikir dan merenungkan tentang hal itu, dimana mereka merasa kecil hati karena tidak mungkin berbuat hal yang telah diperbuat oleh orang Bani Israil yang telah disebutkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, maka datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam membawa wahyu dan kabar kembira kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Berkata malaikat Jibril Alaihis Salaam: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan kepadamu ya Rasulullah surat Al Qadr, dimana di dalamnya terdapat kabar gembira untukmu dan ummatmu, dimana Allah menurunkan malam Lailatul Qadr, dimana orang yang beramal pada malam Lailatul Qadr mendapatkan pahala lebih baik dan lebih besar daridari pada seribu bulan. Maka amal ibadah yang di kerjakan ummatmu pada malam Lailatul Qadr lebih baik dari pada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil yang beribadah selama delapan puluh tahun”. Lalu malaikat jibril membacakan surat Al Qadr yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemulian (Lailatul Qadr).” “Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan”. “malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan”. Pada malam itu turun para malaikat dan ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”. “Malam itu penuh kesejahtraan sampai terbit fajar”. Maka dengan turunnya wahyu tersebut yang penuh dengan kabar gembira, Rasulullah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya merasa senang dan gembira dengan adanya Lailatul Qadr.

Kapankah terjadinya malam Lailatul Qadr ??? Yang pasti Lailatul Qadr terjadi disetiap bulan Ramadhan, sebagaimana yang di sepakati oleh Ulama ahli tafsir. Namun yang menjadi perbedaan pendapat adalah tentang hari apa dan tanggal berapa terjadinya malam Lailatul Qadr?

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa suatu hari Rasulullah menjanjikan para sahabatnya untuk memberitahukan kepada mereka tentang malam keberapa akan terjadanya Lailatul Qadr, akan tetapi karena terjadi perselisihan antara beberapa orang, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala merahasiakan waktu kedatangan Lailatul Qadr di malam malam bulan Ramadhan. Oleh karena itulah para Ulama mengatakan bahwa kedatangan malam Lailatul Qadr ada kemungkinan di awal malam dari bulan Ramadhan atau di salah satu malam di malam-malam bulanRamadhan.

Didalam suatu hadist Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang artinya: “Carilah malam lailatul qadar dimalam-malam 10 akhir di bulan Ramadhan”.
Berkata Al Imam Malik, bahwa kedatangan malam Lailatul Qadr itu di malam-malam 10 akhir dibulan Ramadhan dengan tanpa ada ketentuan tanggal atau malam. Menurut pendapat Imam Syafii, Lailatul Qadr kemungkinan besar datang pada tanggal 21 Ramadhan, dan menurut Sayyidatuna Aisyah Radhiallahu Anha Lailatul Qadr datang pada tanggal 17 Ramadhan, sedangkan Sayyiduna Abu Dzar dan Al Hasan Al basri mengatakan bahwasanya kedatangan malam Lailatul Qadr pada tanggal 25 Ramadhan. Tetapi pendapat paling banyak diantara para sahabat, seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Ubay bin Kaab dan Al Imam Ahmad bin Hambal didalam riwayatnya bahwa kedatangan malam Lailatul Qadr pada tanggal 27 Ramadhan dan banyak juga dari Ulama Ulama besar yang mengatakan bahwa kedatangan malam Lailatul Qadr dirahasiakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Inilah pendapat-pendapat yang mengatakan tentang kedatangan malam Lailatul Qadr, lalu bagaimana kita menyikapi hal tersebut? Perlu kita ketahui hikmah di rahasiakannya kedatangan malam Lailatul Qadr adalah agar kita Umat Islam berjaga-jaga dan bersiap-siap dengan melakukan ibadah disetiap malam dibulan Ramadhan tanpa harus menentukan satu malam atau menjadikan malam tertentu lebih dari malam lainnya. Kita harus meningkatkan nilai-nilai ibadah kita dibulan Ramadhan dengan prinsip malam ini lebih baik dari malam kemarin dan seterusnya, dan berharap pada Allah SWT agar diberi taufik untuk beribadah pada malam Lailatul Qadr, sehingga kita mendapatkan ucapan salam dari para malaikat yang turun ke bumi dan masuk ke setiap rumah orang-orang mu’min untuk memberikan salam dan mendoakan kepada penghuni rumah. Bahkan di riwayatkan didalam hadist oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam didalam khutbahnya: “Barangsiapa memberikan makanan untuk orang berbuka puasa dari hartanya yang halal maka malaikat memintakan ampunan dari Allah atas dosa-dosanya sepanjang bulan Ramadhan dan disaalmi oleh Jibril Alaihis Salaam dimalam Lailatul Qadr dan barang siapa yang disalami oleh jibril niscaya lembut hatinya dan banyak air matanya”. Dan apa bila kita ingin mengetahui apakah rumah kita telah di masuki oleh para malaikat dan kita telah di salami olah malaikat Jibril di malam Lailatul Qadr, maka lihatlah diri kita apakah hati kita lembut apakah mata kita selalu mencucurkan air matanya karena Allah? Maka apabila kita telah dapati hal hal tersebut di diri kita maka kita termasuk didalam golongan orang-orang yang berbahagia yang melebihi orang-orang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil dan kita termasuk didalam golongan orang-orang yang patut untuk dibanggakan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam di hari kiamat nanti di hadapan para Nabi dan Rasul.

Di katakan oleh para Ulama bahwa diantara tanda-tanda malam Lailatul Qadr adalah pagi harinya matahari bersinar cerah, tetapi sinarnya tidak terlalu panas dan hari itu penuh dengan ketenangan dan ketenteraman sehingga dikatakan tidak terdengar gonggongan anjing, dan banyak lagi tanda-tanda yang lainnya. Dan juga banyak dari orang-orang yang berhati suci mengetahui kedatangan malam Lailatul Qadr. Sehinngga diriwayatkan didalam hadist bahwasanya istri Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Sayyidatuna Aisyah Radhiallahu Anha bertanya kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: “Ya Rasulullah apabila aku mengetahui kedatangan malam Lailatul Qadr apa yang aku baca?” Maka menjawab Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: “Ya Aisyah apabila egkau mengetahui kedatangan Lailatul Qadr maka bacalah ya Allah sesungguhnya engkau maha pengampun dan menyukai ampunan maka ampunilah aku”.

Dari sini kita mengambil kesimpulan bahwa beberapa orang mengetahui tentang kedatangan malam karena itulah Sayyidatuna Aisyah berkata: “Apabila aku mengetahuinya” dan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam menjawab pertanyaan Sayyidatuna Aisyah sebab apabila pertaanyaan Sayyidatuna Aisyah salah, dan tidak ada orang yang mengetahui kedatangan Lailatul Qadr maka untuk apa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam menjawab pertanyaan Sayyidatuna Aisyah. Oleh karena itulah diriwayatkan oleh ahli sejarah bahwa dibeberapa kota muslim yang penuh dengan Ulama, seperti di negeri Yaman perempuan-perempuan berbincang-bincang dengan sesama mereka (mengosip) dan mereka mengatakan kepada temannya: “Apakah kamu melihat Lailatul Qadr semalam?” Maka temannya menjawab: “Ya aku pun melihatnya”. Dan begitulah yang menjadi obrolan mereka di pagi hari Lailatul Qadr.

Senin, 25 Juli 2011

SAMBUT RAMADHAN

--> -->
Orang Muslim yang beriman adalah orang yang telah berikrar dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Taa’la dan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah, karena ikrar dan kesaksian inilah, kita semua kaum muslimin melakukan sholat, berpuasa, memberikan zakat dan menunaikan ibadah haji apabila mampu, semata-mata karena Allah, Tuhan yang telah memerintahkan itu semua melalui utusan-Nya.

Kesadaran akan makna ikrar dan kesaksian itulah yang kemudian mengharuskan seseorang untuk hanya mengakui superioritas dan kekuasaan Allah atas alam semesta, termasuk dirinya. Oleh karenanya, hanya kepada Allah-lah dia menghamba, mengabdi, takut, mengharap dan memohon,  menyerahkan diri dan pasrah. Hanya saja, dalam perjalanan kehidupan, kita seringkali tak menyadari dan tahu-tahu melupakan begitu saja makna ikrar dan kesaksian itu. bisa jadi kitapun tak lagi hanya mengabdi dan menyembah kepada Allah Dzat Yang Esa, tetapi uang, harta, kemewahan, pangkat dan diri sendiripun tak terasa lambat laun kita pertuhankan. Naudzu billah himin dzalik...

Sahabat Salman RA menceritakan, bahwa rasulullah SAW pernah berpidato di hadapan para sahabatnya pada hari terakhir bulan Sya’ban, dalam rangka menyongsong datangnya bulan suci Ramadhan. Beliau antara lain bersabda :

“Wahai orang-orang, telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, dimana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan dimana Allah mewajibkan puasa dan menganjurkan njungkung, melakukan ibadah sunnah di malam harinya. Barang siapa melakukan pendekatan diri kepada Allah di bulan ini dengan mengerjakan suatu perbuatan baik atau menunaikan suatu kewajiban, maka sama halnya dengan menunaikan tujuh puluh kewajiban disaat-saat lain. Bulan ini adalah bulan bersabar , sedangkan bersabar adalah surga. Bulan ini adalah bulan kebersamaan. Bulan dimana rizqi orang mukmin bertambah; barang siapa yang memberi buka kepada orang-orang yang berpuasa, berarti melebur dosa-dosanya, dan membebaskannya dari api neraka, dan orang yang memberi buka itu sendiri mendapatkan pahala yang sama, tanpa berkurang sedikitpun”.

Para sahabat berkata, “ tidak semua kita mampu menyediakan buka bagi orang yang berpuasa ”, Wahai Rasulillah .........

Nabipun bersabda, “ Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka, meskipun hanya dengan sebuah kurma, seteguk air, atau hanya secicipan susu. Bulan ini adalah bulan yang awalnya adalah rahmat, tengahnya berupa ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka; barang siapa meringankan beban buruhnya dibulan ini, Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari siksa api neraka. Maka perbanyaklah dibulan ini, melakukan empat hal : dua diantaranya akan membuat Tuhan kalian ridlo dan dua yang lainnya merupakan kebutuhan kalian yang tidak dapat kalian abaikan.

Dua hal yang akan membuat Tuhan kalian ridlo adalah bersahadat, dan beristighfar, memohon ampun kepada Nya. Sedangkan dua hal yang lainnya adalah yang tidak dapat kalian abaikan adalah ; memohon surga kepada Allah dan memohon perlindunganNya dari api neraka.

أشــهد أنّ  لا اله إ لاّ الله . أســتغفر الله. اســئلك رضــاك والـجــنّة
واعوذبك من سخـــتك والنــاّر

Demikian kira-kira do’a yang patut kita pohonkan kepada-Nya.
Barang siapa yang membuat kenyang orang yang berpuasa di bulan ini, Allah akan memberinya minum dari telaga-Ku, (kata Rasulillah) minuman yang tidak akan kehausan selamanya”.
Allah SWT berfirman :
 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 183)
Dalam kaitan ibadah puasa Nabi Muhammad Saw bersabda :

من صــام رمضــان إيـمــانا واحتســابا عفـر له تقدّم من ذينه

Artinya : ”Barang siapa berpuasa dibulan Ramadlon dengan penuh keimanan dan mengharap ganjaran Allah , maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat”.                                                                                                                                                        

فقد قال النّبىّ صلى الله علـــيه وسلــّم : كــم من صــائم ليــس له من صيامه إ لاّ  الجوع والعطش. وقال النّبى صلىّ الله عليه وسلّم : من لم يدع قــول الزّو ر والعــمل به فلــيس لله حــاجة  أن يدع  طــعامه وشــر ابه 

Artinya : ”Banyak sekali orang yang melakukan puasa, tetapi tidaklah ada bagi puasanya kecuali ia hanya mendapatkan lapar dan dahaga”. Rasulillah kemudian juga bersabda : “Barang siapa tidak meninggalkan ucapan kebohongan dan mengamalkannya, maka tidaklah ada hajat/ kebutuhan Allah atas puasa seseorang”.

Apabila beberapa dalil ini kita rangkai, maka akan dapat ditarik kesimpulan bahwa : puasa kita bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, tetapi ada target yang mesti harus kita raih yakni tingkat ketaqwaan yang utuh. Yang dapat membebaskan hawa nafsu yang binal.
 Lalu kemudian pertanyaan yang kemudian muncul adalah;  bagaimana seharusnya kita menyikapi puasa ini agar dapat mencapai target dimaksud ?

Di dalam kehidupan kita, manusia banyak memiliki kebutuhan. Secara garis besar, kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan pada lima kebutuhan pokok yaitu : (1) Kebutuhan Fa’ali yakni makan, minum dan hubungan seksual. (2) Kebutuhan akan ketentraman dan keamanan. (3) Kebutuhan akan keterikatan pada kelompok. (4) Kebutuhan akan rasa penghormatan; dan (5) Kebutuhan akan pencapaian cita-cita. Dalam ukuran yang lazim, kebutuhan kedua dan seterusnya terasa tidak begitu mendesak sebelum kebutuhan pertama terpenuhi. Bahkan banyak sekali orang yang rela mengorbankan kebutuhan-kebutuhan tersebut demi memenuhi kebutuhan dasarnya yang pertama. Sebaliknya seseorang yang mampu mengendalikan dirinya dalam kebutuhan yang pertama, maka akan dengan mudah mengendalikan kebutuhan-kebutuhannya yang berada dalam posisi berikutnya.

Dalam berpuasa seseorang berkewajiban mengendalikan dirinya dari kebutuhan Fa’ali tersebut, dalam arti tidak makan, tidak minum, dan meninggalkan hubungan seksual dalam batas waktu tertentu. Dengan ini, dalam berpuasa seseorang dituntut untuk berlatih “sabar” sekaligus berusaha mengembangkan potensinya, agar mampu membentuk dirinya sesuai dengan peta Tuhan, dengan jalan mencontoh Tuhan dalam sifat-sifat-Nya. Dan karena itu, Rasulullah Saw. bersabda : “Berakhlaqlah (bersifatlah) kamu sekalian dengan sifat-sifat Tuhan”.

Kalau ditinjau dari segi hukum berpuasa, sekaligus esensi makna  yang terkandung di dalamnya, maka sifat-sifat Tuhan yang harus kita teladani dalam berpuasa antara lain :

1.       Sifat Al-Rozzaq, Allah Dzat pemberi rizki, tetapi Ia tak butuh makan dan minum

2.       Allah Maha Esa, Ia tidak membutuhkan teman hidup, termasuk istri. Sifat kedua ini terpilih untuk kita teladani, karena kaduanya merupakan kebutuhan Fa’ali manusia yang terpenting. Dan keberhasilan dalam pengendaliannya mengantarkan kita kepada kesuksesan mengendalikan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kesuksesan tersebut, tentunya harus didukung pula dengan upaya meneladani sifat-sifat yang lainnya seperti :


3.       Sifat Pengampun dan Maha Penyayang

4.       Sifat “Rahman - Rahiem” Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


5.       Al-Kholiq, sifat Maha berkreasi, dan bahwa “Dia setiap saat dalam pekerjaan”. Sebagaimana Firman-Nya dalam surat Al-Rahman : 29 :
Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan[*].

[*] Maksudnya: Allah Senantiasa dalam Keadaan Menciptakan, menghidupkan, mematikan, Memelihara, memberi rezki dan lain lain.

6.       Allah bersifat “Al-Hayyu” Maha Hidup”. Kita dituntut untuk meneladaninya dengan tetap “menghidupkan nama baik” secara berkesinambungan, hingga setelah seseorang meninggalkan dunia yang fana ini sekalipun. Dan seterusnya dan sebagainya.

Dengan demikian, dengan mencontoh sifat-sifat Tuhan dan mengimplementasikannya, berarti kita berikhtiyar menbangun dan memakmurkan bumi ini, sebagai tanggung jawab kekhalifahan, sehingga pada akhirnya bumi ini menjadi “Bayang-Bayang Surga” yang penuh dengan keamanan dan kedamaian, serta pemenuhan segala kebutuhan hidup manusia, seperti sandang, pangan, dan papan.

Seseorang yang berusaha meneladani Tuhan melalui sifat-sifat-Nya, digambarkan oleh Filosof Muslim Ibnu Sina sebagai berikut :

“Seseorang yang bebas dan merdeka dari ikatan raganya, semuanya dianggap sama. Karena memang semuanya sama. Semua mahluk Tuhan wajar mendapatkan rahmat, baik mereka yang taat maupun yang bergelimang dosa. Dia tidak akan mengintip-intip atau meneliti kelemahan dan kesalahan orang lain. Dia tidak akan marah atau tersinggung ketika kemaksiatan berkobar dan merajalela, karena jiwanya diliputi oleh rahmad dan kasih sayang, dan karena Ia memandang “Sirrullah” (Rahasia Tuhan) terbentang di dalam kodratnya. Apabila ia mengajak kepada kebaikan, maka ia mengajaknya dengan lemah lembut penuh kebijaksanaan, tidak dengan kekerasan, dan juga tidak dengan kecaman atau kritik. Ia akan selalu menjadi dermawan, betapa tidak, sedangkan cintanya kepada benda tidak berbekas lagi. Ia akan selalu pemaaf. Betapa tidak, karena dadanya terlalu lapang, sehingga mampu menampung segala kesalahan orang. Ia tidak akan mendendam. Betapa tidak, karena seluruh ingatannya hanya tertuju kepada yang satu, Allah Swt.”

Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menggambarkan keadaan orang yang berhasil meneladani Tuhan, sehingga tingkat “Taqwa” yang “Haqqa tuqaatih” dengan ungkapan beliau : “Anda akan menjumpai orang tersebut; teguh dalam keyakinan, teguh tapi bijaksana, tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu semakin merendah, semakin berkuasa semakin bijaksana, tampak wibawanya di depan umum, jelas syukurnya dikala beruntung, menonjol “Qona’ah” atau kepuasannya dalam pembagian rezeki, senantiasa berhias walaupun miskin, selalu cermat, tidak boros sekalipun kaya, murah hati dan ringan tangan, tidak menghina, tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam permainan, dan tidak berjalan membawa fitnah, disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, serta terpelihara identitasnya, tidak menuntut yang bukan haknya, dan tidak menahan hak orang lain. Kalau ditegur ia menyesal, kalau bersalah ia istighfar, bila dimaki ia tersenyum sambil berkata : “Jika makian anda benar, maka aku bermohon semoga Tuhan mengampuniku”. Dan jika makian anda keliru, maka aku bermohon semoga Tuhan mengampunimu”. Itulah target puasa kita, maraih “ Hakekat ketaqwaan yang sejati”

Mudah-mudahan puasa yang kita laksanakan, mampu mengantarkan kita kepada makna “Taqwa Yang Sejati”, ketaqwaan yang mempunyai ciri yang sangat luas, seluas samudra pemahaman, sebagaimana halnya dengan Al-Shirootol Mustaqiem (jalan yang luas lagi lurus) sehingga karena keluasan dan kelurusannya ia dapat menampung banyak jalan yang berbeda-beda  selama jalan tersebut penuh dengan kedamaian. Allah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 16 :

يهدى به الله من اتّبع رضوانه سبل السّلم ويخرجهم من الظّلمت
الى النّور باذنه. ويهــديهم الى صر اط مّســتقيم (المائدة : 16)

Artinya : "Tuhan memimpin (dengan kitab suci Al- Qur’an), memberikan petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti keridloan-Nya menuju jalan-jalan kedamaian, mengeluarkan mereka dari gelap gulita menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjukin mereka kejalan yang lurus”.
Ini berarti bahwa perbedaan-perbedaan jalan selalu dapat ditampung oleh “Al-Shirath Al-Mustaqiem”, selama jalan-jalan tersebut bercirikan kedamaian, ketenteraman, keamanan, keselamatan dan akhirnya menuju kebahagiaan yang haqiqi.

“Mudah-mudahan kita mampu menempuhnya...” Amiin 3X Yaa ... Robbal ‘Alamiin...


Senin, 30 Agustus 2010

LIMA KOMITMEN


Pada tulisan kali ini saya ingin mengajak sahabat tasyakur dan tafakur tentang keberadaan kita dan bulan Ramadhan yang agung ini. Mengapa harus demikian? disaat banyak orang yang santai dan cuek saja dengan Ramadhan ini, kita masih tetap komit sebagai orang yang beriman dengan berusaha tetap menjalankan perintah Allah Aza wazalla dan menjauhi larangan-Nya. Inilah tujuan puasa dibulan Ramadhan yang diperintahkan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183 :
 “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

Oleh karena itu jika nanti setelah Ramadhan terlewati tetapi tidak ada perubahan kearah taqwa sebagaimana yang tersebut dalam ayat diatas, maka sungguh merugilah kita.
Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan atau latihan bagi segenap kaum muslimin dalam rangka menjadi hamba Allah SWT yang sejati yang harus terus diasah dan dipertahankan pada sebelas bulan yang lainnya setelah Ramadhan usai. Didalam Al-Qur’an kita dapat menemukan nasehat-nasehat dan petunjuk yang akan menuntun seluruh umat manusia menjadi insan yang beriman dan bertaqwa. Kaitannya dengan Ramadhan ini, ada upaya yang dinasehatkan dalam Al-qur”an bagi umat islam untuk salalu mengasah dan melatih diri agar kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang memperoleh kemenangan pada akhir Ramadhan nanti, dan bukan termasuk kedalam golongan orang-orang yang merugi.
Mari sama-sama kita perhatikan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr :
 “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Menurut firman Allah SWT diatas, bahwa seluruh manusia yang hidup didunia ini berada dalam kerugian. Semakin lama masa hidup manusia maka semakin merugilah manusia itu. “Kecuali” orang-orang yang beriman, yang mengerjakan  amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Dari sini kita menemukan lima aspek utama yang harus dijadikan komitmen jika kita ingin termasuk kedalam golongan orang nyang beruntung. Lima aspek inilah yang harus senantiasa kita asah, pelihara dan kita tingkatkan. Nah….., bulan Ramadhan adalah moment yang tepat untuk mentarbiyah lima komitmen itu.
Kalau kita rinci, maka lima komitmen itu ialah :
1.      Iman
Keimanan atau keyakinan seseorang merupakan modal dasar yang mutlaq diperlukan  jika seseorang benar-benar ingin menjadi hamba Allah yang sejati.  Keimanan kita kepada Allah SWT dan segala konsekuensinyalah yang akan membuat hidup seorang muslim menjadi berarti dan punya tujuan. Kita yakin bahwa seluruh alam semesta dan apa saja yang ada didalamnya itu ada yang menciptakan Dialah Allah Robbul Aalamiin, dzat yang satu, tiada sekutu bagi-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakan. Ketika kita meyakini bahwa Allah lah yang maha kaya dan maha member rizki maka sungguh tiada gunanya segala bentuk  kesombongan. Imanlah pondasi paling dasar dalam menjalankan hidup dan kehidupan ini.

Iman adalah sesutau yang tidak bisa dilihat oleh indera dan merupakan amalan bathin yang tidak bisa diamati. Akan tetapi ada indikator yang menampakan kuat dan lemahnya iman seseorang. Indikator itu ada pada aspek yang lain setelah iman sebagai mana dijelasakan dalam Al-qur’an surat Al-Ashr yaitu amal shaleh, ilmu, da’wah dan sabar. Artinya kualitas keimanan seseorang  bisa tampak melalui amal, ilmu, da’wah dan kesabarannya.
Dibulan Ramadhan ini keimanan kita diuji, merasa terpanggilkah kita dengan seruan Allah SWT :

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah : 183)


2.      Mengerjakan amal shaleh
Amal shaleh (perbuatan baik) adalah segala perilaku baik ucapan atau perbuatan yang berdasarkan syari’at agama islam. Itu artinya segala yang kita lakukan adalah sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya. Segala betuk perbuatan baik apapun akan bernilai ibadah jika kita sudah benar-benar beriman. Sholat, puasa, zakat dan ibadah haji adalah amalan-amalan yang disyariatkan dalam agama kita. Artinya diperintahkan dan pelaksanaannya diatur secara terperinci dalam agama Islam. Amal shaleh bisa berwujud ibadah vertikal kita kepada Allah SWT atau juga melalui akhlak secara horizontal kepada sesama makhluk Allah yang lainnya.

Berpuasa pada bulan Ramadhan adalah bukti keimanan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Dan tentu saja amalan-amalan yang lainnya, yang kesemuanya itu akan mengantarkan kita kepada kepuasan ruhani dan kepuasan bathin. Orang yang imannya selalu diasah akan tampak dari amal shalehnya.

3.      Ilmu
Dalam kalimat “Nasehat menasehati”, berarti ada dua pelaku yaitu yang menerima nasehat dan yang memberi nasehat. Bagi mereka yang dinasehati atau mendapatkan nasehat, itu sama artinya dengan mendapatkan ilmu. Sedangkan bagi mereka yang menasehati atau memberikan nasehat itu sama artinya dia sedang berda’wah atau member ilmu. 

Kita beriman dan beramal shaleh karena kita belajar itulah ilmu. Dalam masalah iman kita belajar ilmu tauhid, ilmu aqidah dan Akhlaq. Semantara kaitannya dengan amal kita belajar ilmu Fiqih, ilmu sosial,  dan sebagainya. Ketika kita sudah benar dalam beriman dan melakukan amal shaleh dengan ilmunya, maka harapan kita adalah segala ibadah kita mendapat pahala dan diterima disisi Allah. Bukan termasuk orang-orang yang ditolak ibadahnya.
 
4.      Da’wah
Seperti dipaparkan diatas bahwa yang memberikan nasehat berarti sama juga dia sedang berda’wah, dan tentu saja yang dinasehatkan adalah kebenaran. Da’wah secara umum sama dengan jihad. Biasanya kita menganggap bahwa jihad itu adalah perang fisik, padahal itu hanya bagian kecil dari pengertian jihad yang luas. Memerangi hawa nafsu dalam puasa ramadhan ini adalah bagian dari jihad, memasukan uang kedalam keropak mesjid juga jihad. Dengan demikaina apabila kita membisakan diri dan sungguh-sungguh untuk berda’wah, keimanan kita akan bertambah kuat.

5.      Sabar
Sabar adalah suatu sikap dimana manusia bisa mengendalikan emosinya, hawa nafsunya dan segala gejolak dalam jiwanya. Sorang muslim yang bersabar itu adalah bukti bahwa dia telah beriman. Begitu banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh orang yang bersabar, diantaranya : akan terhindar dari berbagai ketegangan jiwa sehingga terhindar dari berbagai penyakit kejiwaan, orang yang sabar itu pertanda bersyukur sehingga akan mendapat tambahan kebaikan dan karunia dari Allah SWT, ketika sabara dalam menghadapi musibah akan terhapus dosanya. Dan tentu masih banyak lagi hikmah dan keuntungan dari orang yang senantiasa bersabar.

Puasa dibulan Ramadhan melatih kita untuk berlaku sabar. Menuntun kita untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya baik secara syariat maupun pahala, sehingga begitu selesai puasa akan tercerminlah sikap seorang mu’min yang sejati dalam dirinya.

Lima aspek inilah yang akan membawa kita kedalam golongan orang-orang yang beruntung. Semoga ini akan menjadi obat dan motivasi bagi kita, sehingga kita tetap semangat dengan niat ikhlas karena Allah dalam beramal, menuntut ilmu, berda’wah dan berlaku sabar yang pada akhirnya kita akan mendapatkan tempat sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa. Amiin.

Kamis, 19 Agustus 2010

NGABUBURIT

Bagi anda yang tinggal di Jawa Barat tentu tidak asing dengan istilah Ngabuburit. Istilah ini sering dipakai orang ketika meluangkan waktu menunggu saat berbuka dibulan Ramadhan. Ngabuburit yang kita kenal biasanya identik dengan jalan-jalan sore atau jalan disore hari dibulan Ramadhan sesuai dengan kalimatnya Nga-bu-burit. Kata burit (bahasa sunda) yang berarti sore inilah yang menjadi acuan kanapa disebut ngabuburit kalau jalan sore hari pada saat berpuasa.

Kamis, 29 Juli 2010

NIAT PUASA

Puasa Ramadhan atau puasa wajib lainnya, tidak sah kecuali dengan niat sejak malam harinya untuk tiap-tiap hari. Ada pendapat mengatakan boleh memesang niat diwaktu fajar. Dan pada puasa sunnah boleh memasang niat sampai sebelum matahari tergelincir (waktu zawal). Dan ada juga pendapat lainnya mengatakan, boleh memasang niat (untuk puasa sunnah) sampai tergelincir matahari.

Dan tidak sah puasa Ramadhan dan puasa wajib lainnya, kecuali dengan menentukan niat. Sedangkan untuk puasa sunnah, boleh dengan niat mutlak. Berikut ini niat puasa dibulan Ramadhan dan yang lainnya :
Lafadz niat puasa satu bulan penuh :

نويت صوم شهر رمضان كله

“Nawaitu shouma syahri romadhona kullihii”

“Niat aku puasa bulan rhomadhon seluruhnya”

Lafadz niat puasa bulan Ramadhan setiap malam :

نويت صوم غد عن اداء فرض شهر رمضان هذه الستة لله تعال

“Nawaitu shouma ghadin an adaa’I fardi syahri romadhona hadzihis sananti lillahi ta’aala”

“Niat aku puasa esok hari untuk menjalankan fardu bulan romadhon tahun ini karena Allah ta’ala “

Demikianlah niat puasa Ramadhan yang yang sudah biasa kita amalkan. Semoga puasa kita berjalan dengan lancer dan bernilai ibadah.

Sumber : Kunci Piqih Syafi'i

Rabu, 21 Juli 2010

KEUTAMAAN SHOLAT TARAWIH



Shalat tarawih atau shalat malam memiliki keutamaan dan keistimewaaan sebagai salah satu ibadah di bulan suci Ramadhan. Apa saja keutamaan shalat tarawih itu?

Dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa dia berkata: Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda:

  • Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
  • Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
  • Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru adibawah 'Arsy: "Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat."
  • Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).
  • Pada malam kelima, Allah Ta'ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.
  • Pada malam keenam, Allah Ta'ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
  • Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir'aun dan Haman.
  • Pada malam kedelapan, Allah Ta'ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahin as
  • Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta'ala sebagaimana ibadatnya Nabi saw.
  • Pada Malam kesepuluh, Allah Ta'ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
  • Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
  • Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
  • Pada malam ketigabelas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
  • Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
  • Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
  • Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
  • Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
  • Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, "Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu."
  • Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.
  • Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
  • Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.
  • Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
  • Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
  • Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
  • Pada malam kedua puluh lima , Allah Ta'ala menghapuskan darinya azab kubur.
  • Pada malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
  • Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
  • Pada malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
  • Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
  • Dan pada malam ketiga puluh, Allah ber firman : "Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku."

Demikianlah, keutamaan shalat tarawih yang disebutkan oleh Rasulullah SAW.

Minggu, 11 Juli 2010

HADIST PUASA RAMADHAN (I)

1. Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari)

2. Allah 'Azza wajalla mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunahkan shalat malam harinya. Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. (HR. Ahmad)

3. Rasulullah Saw menaiki mimbar (untuk berkhotbah). Menginjak anak tangga (tingkat) pertama beliau mengucapkan, "Aamin", begitu pula pada anak tangga kedua dan ketiga. Seusai shalat para sahabat bertanya, "Mengapa Rasulullah mengucapkan "Aamin"? Beliau lalu menjawab, "Malaikat Jibril datang dan berkata, "Kecewa dan merugi seorang yang bila namamu disebut dan dia tidak mengucap shalawat atasmu" lalu aku berucap "Aamin." Kemudian malaikat berkata lagi, "Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk surga." Lalu aku mengucapkan "aamin". Kemudian katanya lagi, "Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan (hidup) pada bulan Ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya." Lalu aku mengucapkan "Aamin." (HR. Ahmad)

4. Bau mulut seorang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari harumnya misik (minyak wangi paling harum di dunia). (HR. Bukhari)

5. Makanlah waktu sahur. Sesungguhnya makan waktu sahur menyebabkan berkah. (HR. Mutafaq'alaih)

6. Manusia tetap berkondisi baik selama mereka tidak menunda-nunda berbuka puasa. (HR. Bukhari)

7. Barangsiapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa) maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya. (HR. Bukhari)

8. Barangsiapa shalat malam pada malam Lailatul Qodar dengan keimanan dan harapan pahala dari Allah maka akan terampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari)

9. Mungkin hasil yang diraih seorang shaum (yang berpuasa) hanya lapar dan haus, dan mungkin hasil yang dicapai seorang yang shalat malam (Qiyamul lail) hanyalah berjaga. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

10. Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berbuka puasa maka dia memperoleh pahalanya, dan pahala bagi yang (menerima makanan) berpuasa tidak dikurangi sedikitpun. (HR. Tirmidzi)

11. Tidaklah termasuk kebajikan orang yang tetap berpuasa dalam perjalanan (musafir). (HR. Bukhari)

12. Barangsiapa berbuka puasa sehari tanpa rukshah (alasan yang dibenarkan) atau sakit, maka tidak akan dapat ditebus (dosanya) dengan berpuasa seumur hidup meskipun dia melakukannya. (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Barangsiapa berpuasa Ramadhan (penuh) lalu diikuti dengan berpuasa enam hari dalam bulan Syawal maka dia seperti berpuasa seumur hidup. (HR. Muslim)


Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press